Quality Assurance: Perbedaan Manual Testing & Automation Testing

Pengujian perangkat lunak adalah tahapan penting untuk memastikan kualitas dan performa aplikasi. Quality Assurance atau QA merupakan tenaga ahli IT yang bertugas untuk melakukan pengujian ini. Proses pengujian ini dapat dilakukan dengan dua metode yaitu manual atau otomatis. Ada beberapa perbedaan yang signifikan terkait metode pengujian manual dan otomatis ini. Apa saja perbedaan-perbedaan yang dimaksud?

Tim Insight Arvis lewat pembahasan kali ini mengajak Anda untuk mengenal lebih jauh tentang manual testing dan automation testing yang dilakukan oleh seorang Quality Assurance dalam menguji kualitas suatu software. Cari tahu juga apa saja perbedaan kedua metode tersebut di sini.

Arvis memiliki tim Quality Assurance yang ahli dalam menguji kualitas suatu software. Hubungi Arvis di WhatsApp ini

Metode Pengujian Quality Assurance: Manual Testing dan Automation Testing

Ada dua jenis metode yang biasanya digunakan oleh Quality Assurance untuk menguji perangkat lunak yang sedang dikembangkan. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah perangkat lunak tersebut berfungsi sebagaimana mestinya sesuai dengan persyaratan. Berikut ini penjelasan lebih lanjut tenatang kedua metode tersebut.

Manual Testing

Manual Testing adalah proses pengujian perangkat lunak di mana Quality Assurance atau QA yang bertugas sebagai tester menjalankan kasus uji secara manual tanpa bantuan alat otomatisasi. QA, dalam metode ini, berinteraksi langsung dengan aplikasi untuk mengidentifikasi bug, kesalahan, atau ketidaksesuaian dengan persyaratan. Salah satu kelebihan utama dari manual testing adalah fleksibilitasnya. QA dapat menyesuaikan pendekatan pengujian berdasarkan situasi spesifik dan memberikan umpan balik langsung tentang pengalaman pengguna. Hal ini sangat penting untuk pengujian kegunaan (usability testing) di mana interaksi manusia adalah kunci untuk menilai antarmuka pengguna dan navigasi aplikasi.

Manual testing juga memiliki beberapa keterbatasan. Proses ini cenderung memakan waktu dan dapat menjadi monoton jika harus diulang berkali-kali, yang kemudian dapat meningkatkan risiko kesalahan manusia. Selain itu, manual testing sulit di-skala-kan untuk pengujian yang lebih besar dan kompleks karena keterbatasan sumber daya manusia dan waktu. Oleh karena itu, meskipun manual testing penting pada tahap awal pengembangan perangkat lunak, integrasi dengan metode pengujian lain seringkali diperlukan untuk memastikan cakupan pengujian yang lebih luas dan efisien.

Testing dengan cara manual juga sangat efektif untuk pengujian eksplorasi di mana QA mencoba untuk menemukan bug yang mungkin tidak tercakup dalam skrip uji yang ditentukan. Pengujian ini memungkinkan penemuan masalah yang tidak terduga dan peningkatan kualitas produk secara keseluruhan. Misalnya, dalam pengembangan aplikasi mobile, manual testing digunakan untuk memastikan aplikasi berjalan dengan baik di berbagai perangkat dan kondisi jaringan yang berbeda. Manual testing cocok dijadikan metode pengujian untuk QA yang membutuhkan wawasan mendalam tentang bagaimana aplikasi berfungsi dalam situasi dunia nyata.

Automation Testing

Automation Testing adalah proses di mana alat atau skrip otomatis digunakan untuk menjalankan kasus uji, membandingkan hasil aktual dengan hasil yang diharapkan, dan melaporkan temuan secara otomatis. Metode ini sangat efektif untuk pengujian regresi di mana fitur yang sudah ada perlu diuji ulang setiap kali ada pembaruan perangkat lunak. Automation testing menawarkan kecepatan dan efisiensi karena skrip uji dapat dijalankan berulang kali tanpa campur tangan manusia, sehingga waktu pengujian dapat dikurangi secara signifikan dan akurasi hasil pun dapat ditingkatkan.

Investasi awal dalam automation testing bisa tinggi karena memerlukan alat khusus dan pengembangan skrip uji. Namun, dalam jangka panjang, metode ini dapat menghemat biaya karena mengurangi kebutuhan untuk pengujian manual yang ekstensif. Selain itu, automation testing memungkinkan pengujian dalam skala besar dan lebih mendalam, termasuk pengujian beban dan kinerja yang sulit dilakukan secara manual. Misalnya, dalam pengujian aplikasi web, automation testing dapat menjalankan ratusan skenario pengguna simultan untuk memastikan aplikasi dapat menangani lalu lintas yang tinggi.

Salah satu keuntungan utama dari automation testing adalah kemampuannya untuk menghasilkan hasil yang konsisten dan dapat diulang. Setiap kali skrip uji dijalankan, hasilnya akan sama, asalkan kondisi input tidak berubah. Hal ini membantu tim QA untuk mendeteksi regresi dengan cepat dan memastikan bahwa fitur baru tidak mengganggu fungsionalitas yang sudah ada. Selain itu, laporan hasil uji otomatis memudahkan tim QA untuk menganalisis hasil dan mengambil tindakan korektif dengan cepat. Contoh penerapan automation testing adalah dalam industri fintech di mana aplikasi perlu diuji secara menyeluruh untuk keamanan dan kinerja setiap kali ada pembaruan perangkat lunak.

10 Perbedaan Manual Testing dan Automation Testing

Berikut ini 10 perbedaan Manual Testing dan Automation Testing:

1. Proses Eksekusi

Manual Testing dilakukan oleh QA yang secara langsung berinteraksi dengan aplikasi untuk menemukan bug dan kesalahan. QA akan mengikuti skrip uji atau melakukan pengujian eksplorasi tanpa skrip tertentu. Sebaliknya, Automation Testing menggunakan skrip dan alat untuk mengeksekusi pengujian secara otomatis. Alat ini memungkinkan pengujian berjalan berulang kali tanpa campur tangan manusia dan mengurangi kemungkinan kesalahan manusia.

2. Biaya dan Waktu

Manual Testing cenderung lebih murah dalam jangka pendek karena tidak memerlukan investasi dalam alat otomatisasi. Namun, biaya untuk melakukan pengujian ini dapat meningkat seiring waktu karena memerlukan lebih banyak sumber daya manusia. Di sisi lain, Automation Testing memerlukan investasi awal yang tinggi untuk alat dan skrip, tetapi dapat menghemat waktu dan biaya dalam jangka panjang karena pengujian dapat dijalankan berulang kali dengan sedikit atau tanpa tambahan biaya.

3. Akurasi

Manual Testing rentan terhadap kesalahan manusia, terutama jika pengujian dilakukan berulang kali dalam waktu lama. QA dapat melewatkan bug atau membuat kesalahan saat mencatat hasil. Automation Testing menawarkan akurasi yang lebih tinggi karena alat otomatisasi mengikuti skrip yang telah ditentukan dan dapat menghasilkan hasil yang konsisten setiap kali pengujian dijalankan.

4. Fleksibilitas

Manual Testing lebih fleksibel dalam menangani perubahan aplikasi. QA dapat menyesuaikan metode pengujian mereka berdasarkan situasi dan kebutuhan spesifik. Sebaliknya, Automation Testing memerlukan pemeliharaan skrip setiap kali ada perubahan dalam aplikasi. Skrip perlu diperbarui agar tetap relevan dan efektif dalam mendeteksi bug.

5. Skala Pengujian

Manual Testing terbatas oleh jumlah QA dan waktu yang tersedia sehingga sulit untuk menguji aplikasi dalam skala besar. Sebaliknya, Automation Testing memungkinkan pengujian dalam skala besar dengan cepat dan efisien. Alat otomatisasi dapat menjalankan ratusan atau ribuan kasus uji secara bersamaan tanpa memerlukan tambahan sumber daya manusia.

Tim Quality Assurance dari Arvis akan melakukan skala pengujian terbaik untuk software Anda. Hubungi Arvis di WhatsApp ini

6. Pengujian Regresi

Manual Testing kurang efektif untuk pengujian regresi karena membutuhkan waktu dan upaya yang signifikan untuk menguji ulang fitur yang telah diuji sebelumnya. Automation Testing sangat efektif untuk pengujian regresi karena srip otomatis dapat digunakan kembali untuk menguji ulang fitur dengan cepat setiap kali ada perubahan dalam kode.

7. Penanganan Uji Fungsional

Manual Testing lebih cocok untuk digunakan dalam pengujian fungsional yang memerlukan interaksi manusia, seperti pengujian kegunaan (usability testing). QA dapat memberikan umpan balik langsung tentang pengalaman pengguna. Sementara itu, Automation Testing lebih efektif untuk pengujian fungsional yang tidak memerlukan interaksi manusia, seperti pengujian beban (load testing) dan pengujian kinerja (performance testing).

8. Deteksi Awal Bug

Manual Testing memungkinkan deteksi bug pada tahap awal pengembangan karena tester dapat mulai menguji tanpa memerlukan skrip otomatisasi yang kompleks. Automation Testing biasanya digunakan pada tahap yang lebih maju ketika aplikasi sudah cukup stabil untuk mendukung skrip pengujian otomatis.

9. Dokumentasi Hasil Uji

Manual Testing membutuhkan pencatatan hasil uji secara manual oleh QA yang bisa memakan waktu dan berisiko kesalahan. Automation Testing secara otomatis mencatat hasil uji dalam laporan yang terstruktur dan mudah dianalisis. Ini memudahkan tim QA untuk melacak dan memperbaiki bug dengan cepat.

10. Keterlibatan Pengguna

Manual Testing memungkinkan keterlibatan pengguna akhir dalam proses pengujian. Pengguna dapat memberikan umpan balik langsung yang sangat berharga untuk meningkatkan kualitas produk. Automation Testing biasanya dilakukan oleh tim QA atau pengembang dengan keterlibatan minimal dari pengguna akhir.

Integrasi Manual Testing dan Automation Testing

Kombinasi manual dan automation testing dapat membantu tim Quality Assurance untuk menciptakan strategi yang lebih kuat dan efektif. Manual Testing memungkinkan fleksibilitas dan interaksi manusia, sementara Automation Testing menawarkan kecepatan dan konsistensi. Integrasi keduanya memungkinkan pengujian lebih menyeluruh, mulai dari pengujian awal hingga regresi. Misalnya, pengujian manual dapat digunakan untuk uji kegunaan dan pengujian eksplorasi, sementara automation testing dapat digunakan untuk uji regresi dan kinerja.

Integrasi testing oleh tim Quality Assurance Arvis bantu Anda capai standar kualitas tertinggi aplikasi. Hubungi Arvis di WhatsApp ini

Contoh Kasus Penerapan

Contoh kasus penerapan integrasi manual dan automation testing adalah pengembangan aplikasi e-commerce. Pada tahap awal, manual testing digunakan untuk memastikan fungsionalitas dasar dan pengalaman pengguna yang baik. Setelah aplikasi stabil, automation testing diimplementasikan untuk pengujian regresi setiap kali ada pembaruan fitur. Cara ini membantu tim QA untuk dapat memastikan bahwa perubahan yang dilakukan tidak merusak fungsionalitas yang sudah ada dan aplikasi tetap berjalan optimal pada setiap pembaharuannya.

Kesimpulan

Kesimpulannya, dalam dunia Quality Assurance, baik Manual Testing maupun Automation Testing memiliki peran penting dan saling melengkapi. Manual Testing memberikan fleksibilitas dan memungkinkan interaksi langsung dengan aplikasi yang sangat berharga untuk pengujian eksplorasi dan kegunaan. Di sisi lain, Automation Testing menawarkan kecepatan, efisiensi, dan akurasi yang tinggi, metode pengujian yang ideal untuk pengujian regresi dan skala besar. Integrasi kedua metode ini memungkinkan tim Quality Assurance untuk memanfaatkan kelebihan masing-masing serta menciptakan strategi pengujian yang lebih kuat dan efektif.

Artikel Terkait: 10 Profesi dalam Dunia Technology Industry, Apa Saja?

Strategi Pengujian Terbaik oleh Tim Quality Assurance dari ARVIS

Tim Quality Assurance dari Arvis mengintegrasikan metode pengujian Manual Testing dan Automation Testing untuk memastikan produk Anda mencapai standar kualitas tertinggi. ARVIS memahami pentingnya kualitas perangkat lunak dan penerapan Quality Assurance yang komprehensif untuk kebutuhan Anda. Pengintegrasian pendekatan manual dan automation testing dalam layanan Quality Assurance dari ARVIS memastikan bahwa setiap produk perangkat lunak yang ditangani mencapai standar kualitas tertinggi.

ARVIS menawarkan solusi Quality Assurance yang lengkap dengan mengkombinasikan manual dan automation testing. Penggunaan kedua pendekatan ini akan memberikan hasil yang konsisten, efisien, dan terpercaya, membantu Anda merilis produk perangkat lunak yang berkualitas dan juga tepat waktu.

Tertarik dengan solusi Quality Assurance terbaik dari ARVIS? Hubungi tim Arvis segera lewat nomor WhatsApp ini. Hanya Arvis, technology partner terbaik untuk bisnis Anda.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *